Karate sebagai seni tradisional sangat kental dengan budaya Jepang. Karena wajib bagi seorang karate untuk memahami etika (tingkah laku) yang dilakukan di dojo. Umumnya latihan bela diri dilakukan tanpa alas kaki, begitu juga dengan karate. Murid wajib menanggalkan alas kaki diluar dojo. Latihan dengan menggunakan alas kaki adalah dilarang, karena berlatih dengan kaki juga merupakan komponen penting. Seragam latihan dijaga kebersihannya. Seragam yang selalu kotor menunjukkan pribadi individu. Lebih bijaksana jika seragam selalu diseterika sebelum latihan. Sebelum masuk dojo tidak masalah apakah yunior atau senior wajib membungkuk memberi hormat pada dojo. Hal ini menunjukkan penghargaan tidak hanya terhadap dojo, namun juga apapun yang kita pelajari selama latihan. Sebagaimana yang dinasihatkan oleh Gichin Funakoshi : “Tanpa sopan santun kau tidak akan bisa berlatih karate-do. Hal ini tidak hanya berlaku selama latihan saja namun juga dalam hidupmu sehari-hari. Kata “Dojo” sesungguhnya terdiri dari dua kata. “Do” yang bermakna jalan atau cara, dan “Jo” yang berarti tempat. Ketika dua kata ini digabung akan bermakna tempat dimana suatu jalan atau cara dipelajari. Dojo adalah suatu tempat dimana kita belajar untuk hidup bersama-sama sebagai anggota masyarakat. Ini adalah hal yang serius, karena itulah kita harus mengikuti etika dojo. Ini adalah langkah awal berlatih karate-do.” Segala asesoris dan perhiasan wajib ditanggalkan. Murid yang memakai alat bantu seperti lensa kontak atau kacamata (yang tidak mungkin dilepas) wajib berhati-hati. Dan tentu saja sadar akan resikonya. Senior wajib untuk mengingatkan terutama untuk latihan yang berbahaya seperti dalam kumite. Kuku tangan dan kaki tidak boleh panjang. Adalah budaya di Jepang ketika seorang yunior melihat seniornya wajib baginya berdiri dan membungkuk memberi hormat. Hal yang sama berlaku pula dalam karate, dimana bertemu dengan senior/pelatih maka wajib memberi hormat. Selain itu sesudah meditasi sebelum latihan, juga bila seorang murid akan meninggalkan dojo wajib pula memberi hormat. Para murid berdiri sesuai dengan peringkat sabuk (KYu atau DAN) menghadap pada senior. Mereka yang sabuk lebih tua berdiri paling depan diikuti dengan yang lebih yunior. Ini menunjukkan budaya Jepang yang menghargai senioritas. Selama sesi latihan jika murid yang lain berlatih sementara sebagian yang lain tidak, maka mereka yang tidak berlatih duduk ditepi dojo dan memperhatikan. Hal ini juga berlaku dalam ujian atau turnamen. Jika harus meninggalkan dojo lebih dulu wajib ijin pada senior. Termasuk dalam sesi latihan dilarang saling berbicara dengan murid yang lain. Hal lain adalah dilarang bertanya kepada senior/pelatih kecuali memang diberikan kesempatan. Menguap dan sesekali melihat jam selama latihan adalah hal yang tidak sopan dan dianggap tidak disiplin, maka hal ini harus dihindari. Jika datang terlambat, segeralah duduk dalam posisi duduk meditasi (Seiza) diluar dojo. Lakukan pemanasan sendiri (untuk menghindari cedera) jika latihan sudah dimulai. Barulah kemudian berikan hormat pada senior dan selanjutnya bergabunglah dengan yang lain setelah diberikan ijin oleh senior. Jika latihan sudah selesai, lakukan upacara seperti sebelum latihan dimulai.